July 01, 2008

Ngopi Yuk!

Ngopi Yuk! Adalah sebuah acara yang digagas oleh Gerakan Positif (GP) atau Positive Movement Indonesia. Ngopi yuk! sendiri merupakan kependekan dari NGObrol PIntar Yuk! bisa ketebak si penggagas ingin menggabungkan konsep ngupi-ngupi yang santay plus ngobrol seru-seruannya...tapi bukan sembarang ngobrol ngalor-ngidul..tapi mengobrol santay ala ngupi-ngupi dengan arah obrolan terarah dan jelas.

Acara ini sudah diadakan untuk kedelapan kalinya. Saya sendiri baru mengikuti 2 dari 8 sesi pertemuan itu. Topik yang dibahas macem-macem...dan tempat yang dijadikan “ngopi” pun gak cuman di satu tempat itu-itu aja. Sesuai dengan asal kata benda utamanya, yakni KOPI, maka satu nama tempat yang paling tinggi awarenessnya yang bisa diasosiasikan sebagai tempat dimana kopi berada apalagi kalau bukan...Starbucks!

Hmm, awalnya sih saya rada gak nyaman dengan pemilihan lokasi yang menurut saya terlalu kebarat-baratan dan tidak mendukung gerakan “Dukung Made in Indonesia” ala saya. Tapi demi kesetiakawanan dan memenuhi undangan kedua orang sahabat saya yang juga pendiri GP, Inayah Wahid dan Seno (Seno...nama panjangmu siapa sih bo? Hehe), maka jika waktu memungkinkan saya akan datang. Kendati demikian, nampaknya GP juga sadar akan pemilihan lokasi yang kurang tepat ini menimbulkan persepsi tersendiri dari para peserta Ngopi Yuk! Akhirnya pemilihan lokasi pun dirotasi...dari Starbucks, kemudian ke Kafe Delapan yang terletak menyatu dengan Wahid Institute (kantor GP), dan sesi kedelapan yang paling seru di Museum Bank Mandiri Kota.

Sesi yang pernah saya ikuti adalah sesi ke-2 yang membahas Global Warming 1 (bulan Desember 2007) dan sesi ke-8 Ulang Tahun Jakarta (Juni 2008). Sisanya membahas soal: TKI di Malaysia, Kebangkitan nasional, Film Ayat-ayat cinta, Global Warming 2 dengan menampilkan the Inconvenient Truth-nya Al gore,hmm ...apa lagi ya...sisanya saya lupa *eheeheu*

Ngopi Yuk! terakhir jatuh 6 hari setelah ulang tahun kota Jakarta ke 481, tepatnya tanggal 28 Juni 2008 lalu. Mengambil lokasi di Bank Mandiri Kota dengan tatanan yang sungguh menarik, membuat acara ini terasa spesial. Terlebih ketika ternyata panitia telah menyiapkan dua film dokumenter pendek tentang kota Jakarta....OH My...Jakarta tahun 1941 itu sangat indah kawan-kawan! Percaya atau tidak, saya baru tau banget kalau Jakarta dulu punya jalur trem. Disana dikasih liat tatanan kota Jakarta yang aduhay mengingatkan saya akan Amsterdam kali terakhir saya kesana. Ini gak berlebihan! Dan saya juga gak heran, pastilah tata kota yang begitu teratur tersebut karena arsitek londo-londo itu yang mengaturnya secara demikian (konon jalan utama di jakarta dan pantura yang saat ini masih berfungsi dengan baik itu ternyata buah pikiran the londos). Selain trem, pemandangan bule-bule seliweran di Pasar Baroe cukup menyenangkan dilihat (sungguh keren berasa kayak bukan Jakarta banget), sepeda capung (eh! Capung bukan sih namanya? Yang warna item jadul abis ituu), delman, kafe dan bar dengan nama bule banget “London cafe” , dan belum lagi patung-patung yang saya belum pernah temukan secara REAL di Jakarta.; patung Hermes (ada di Monas bukan sih?), trus...lupa deh patung apa namanya...tapi pokoke keren! (baca: jauuh lebih keren dari sekarang ini...modal gedung bertingkat doang).


Trem! di Glodok

Selain menampilkan film, masuk ke sesi utama acara ini..yakni ngobrol! Yang dibahas adalah tentang Kota Jakarta dan kesan tentang Jakarta. Selama sesi berlangsung saya hanya jadi pendengar saja (tumben banget gue gak berkicauu), karena sebagian besar yang diomongin pasti sama lah ama yang lain: komen tentang Jakarta pastilah: MACET, POLUSI, CROWDED, dan BANJIR! Wow! Sebuah tempat yang nyaman sekali untuk hidup bukan?? Hehehe, ayayay.. bahkan salah seorang peserta yang aslinya orang Surabaya dan baru2 tahun tinggal di Jakarta, Tefi, menceritakan bahwa kekasihnya yang orang Brunei itu datang ke Jakarta dan setelah ditinggal 1 jam di “kafe” pinggir jalan (ya lagian ngapain juga sih dipinggir jalan?) mengatakan pada Tefi dengan logat Melayu-nya yang tidak bisa saya tuliskan disini, bahwa “Kalau nanti aku balik ke Brunei, aku akan bilang ke Sultan bahwa orang-orang yang kena kasus narkoba itu dibawa aja ke Jakarta...diiket dipinggir jalan Jakarta...aku yakin mereka pasti akan jera dan gak mau pakai narkoba lagi!”. Wahehuehue...sungguh pernyataan yang lucu tapi sadis sebetulnya. Sebegitu parah dan kerasnya kah kehidupan di Jakarta ini?

Lalu ada salah satu peserta yang mengungkapkan bahwa dia bingung dengan karakter asli atau watak orang “Jakarta” atau Betawi itu sebetulnya bagaimana? Dan pertanyaan ini dijawab oleh Inayah, sebagai moderator, bahwasanya Jakarta tidak memiliki kebudayaan asli. Dan konon suku Betawi itu gada...Betawi terbentuk atas percampuran beberapa kebudayaan, yakni’: Cina, Arab, India, dan Melayu. Jadi yah kebudayaan ‘Jakarta” itu gak murni, campur-campur.
Ada juga yang mengatakan bahwa hidup di Jakarta ini susah jadi orang baik. Maksudnya, kalau mau bertahan hidup disini, yaa harus ikut aturan mainnya. Misalkan contoh kasus, ada orang Singapura yang ketika baru menetap 2 bulan di Jakarta..menjadi “brutal” dorong-dorong ketika mau masuk TransJakarta. Kontan teman saya yang orang indonesia bingung dengan perilaku orang Singapura yang kita ketahui bersama disiplin dan tertib, “Kok kamu kayak gitu? Bukannya di Singapura tertib yah?” kata temen saya. Si Singaporean membalas bahwa “Saya belajar disini, kalau gak kayak gitu caranya kita gak akan masuk-masuk bus...”. Kasus lainnya juga dialami oleh teman saya yang aslinya orang Bandung dan biasa tertib berkendaraan, tapi pas di Jakarta nyetirnya ikut “asal” seperti warga Jakarta lainnya. Hmmm..

Tapi ada hikmah yang bisa diambil: Menjadi warga Jakarta membuat para penghuninya terbiasa bekerja keras dan bermental kuat! Jadi kalau suatu saat misalkan satu warga Jakarta dicemplungin ke kota lain, dia akan merasa ‘baik-baik aja”, istilahnya karena pahit-pahit kehidupan udah pernah ditelen smeua di Jakarte ini..hee. Ternyata segitunya yah..


Lalu..
Setelah berbincang kira-kira 1 jam-an, kita diberikan coffee break dan menikmati suguhan jajanan tradisional Betawi: kue buaya, kue pancong, dan bir pletok. Nyammm....jadi inget lagunya Naif Piknik 72:

Pergi di hari Minggu
Bersama pacar baru
Naik Vespa keliling kota, sampai binaria
Hatiku jadi gembira
Sesampainya di sana
Duduk dua-duaan
Makan roti buaya, dengar lagu kita
Kita menari bersama
Di batang pohon 'kan kuukir nama kita
Tanda sayang selalu
Lihat 'dik itu melati
Indah nian berseri 'kan kupetik untukmu, simpan dalam hati nanti kuambil kembali

Berikutnya masuk sesi Games, panitia telah menyiapkan permainan seru dimana mereka udah nyiapin list nama-nama yang nantinya akan menajdi kelompok-kelompok tertentu. Kelompok saya adalah kelompok kue tradisional betawi: ongel-ongel, kembang goyang, Ali bagente (ihh lucu banget ya namanya? Kirain nama tokoh legenda!). Kelompok museum yang sempat heboh karena ada museum mirip nama kampus: Pelita Harapan! (dimana ya?), Adam Malik, dll,.....lupa. Kelompok tokoh: Pitung, ... Ah pokoknya banyak. Hehe. Ada 21 macam, saya gak bisa mengingatnya dengan jelas. Tapi yang pasti sih bagus banget nambah pengetahuan! (padahal jaman SD harusnya sih dapet yah..di pelajaran PLKJ!)

Nah, sesi terakhir yang selalu dilakukan di acara Ngopi Yuk! adalah Action plan kita. Actionplannya apa untuk kota Jakarta? Dan apa ekspektasi kita sama kota nyebelin yang borokan tapi ngangenin ini..? berikut jawaban saya..

Harapan untuk Jakarta:
1. Infrastruktur transportasi Jakarta diperbaiki, makin banyak orang yang sadar gak bawa kendaraan pribadi, makin banyak orang naik sepeda dan disediakan jalur untuk sepeda.
2. Pusat pemerintahan dan Ibu Kota Indonesia dipindahin deh...jangan di Jakarta. Kayak konsep New york dan Washington DC, Amsterdam dan Den Haag, Barcelona dan Madrid. Atau setidaknya Kuala Lumpur dan Putera Jaya-nya. Sehingga Jakarta biaran tumbuh sebagi melting pot, peleburan budaya macam-macam orang dari suku manapun, negara manapun...dan tumbuh sebagai kota metropolitan nan gaya tanpa demo (demonya dipindahin ke Ibu Kota baru juga, hehe).
3. Jakarta punya tempat konser yang megahhhhh..kayak di Esplanade. Gak melulu di Tennis Indoor gitu loh.. jadi khan artis-artis banyak yang dateng, bisa jadi komoditi pariwisata juga.
4. Jakarta gak banjir
5. Jakarta makin hijau. Langit biru dan gak dekil kayak sekarang..

Action plan gue:
1. Mempertahankan kondisi gue saat ini: gak bawa mobil pribadi (sebetulnya sih karena miskin, haha..gak diing...BBM boros! Parkir mahal! Jalanan macet! Ngapain siih bawa mobil?? Atau motor...dah kayak nyamuk)
2. Mulai bertanam! Selama ini ngaku-ngaku Go Green! belum lengkap kalau gak punya dan merawat tanaman...sabar yah tanaman, tunggu ampe gue gajian bulan Jui..heheu.
3. Mendukung pemerintah DKI (terutama program2x Visit Indonesia 2008) dengan ikut menyemarakkan acara-acara kebudayaan dan pameran di Jakarta.
4. Ah apalagi ya? Kayaknya yang gue lakukan so far udah cukup membantu Jakarta jadi kota bersih dan hijau...apalagi dong? ! heeuu. Yang paling susah kayaknya nyadarin orang lain untuk ikutan menerapkan hal-hal baik ini ya..


Aaa..Semoga terwujud... amien.

Selamat ulang tahun Jakarta...love you lah!

2 comments:

Ratie said...

Eh, apaan tuh harapan nomor 3??? Kayanya itu mah obsesi pribadi deh.. Lantas (lantaasss...??!! HAHA..) bagaimana nasib orang2 yg ga terlalu suka nonton konser kaya gw?? HAHAHA... Kiddin' cha.. ;) Tapi bagus tuh ada acara2 kaya GP itu. Semoga aja action plannya emang jalan. Hehe..

Btw, gw juga pengeeennn bgt nanem pohon di jakarta tapi ga tau dimanaa dan gimana.. Yuk bareng yuuuuk...

Ceniza Akbar said...

Nasib orang yang gak suka nonton kayak ente, MEMBLE aja sih tie...hahaha :P

Nanem pohon memang agak ribet, jadi beli tanaman hias dulu aja boo..atau memelihara HORTA tea..! hee.